Sampah bermula dari rumah tangga, pasar, hingga pusat perbelanjaan yang menghasilkan beragam jenis limbah: organik, plastik, kertas, logam, dan lain‑lain. Konsep Reduce, Reuse, Recycle (3R) atau Kurangi, Pakai Ulang, Daur Ulang adalah strategi dasar yang sejak lama diperkenalkan untuk menekan jumlah sampah yang harus diangkut ke tempat pembuangan akhir. ANTARA News
Program seperti TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu – Reduce, Reuse, Recycle) di kelurahan dan lingkungan ibukota menjadi ruang awal uji coba praktik daur ulang sebelum sampah dibawa ke fasilitas lebih besar. Aktivasi kembali TPS3R di Jakarta ditargetkan untuk mengurangi beban kiriman sampah ke Bantar Gebang. ANTARA News
Pembentukan bank sampah dan fasilitas pemilahan di tingkat RT/RW membantu masyarakat memisahkan sampah organik dan anorganik sehingga sebagian sudah terolah lebih awal — baik menjadi kompos, bahan bakar alternatif, atau material daur ulang. Antara News
Namun, studi menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah masih kurang optimal, menyebabkan sebagian besar sampah tetap terkirim ke sistem pembuangan akhir. UMD School of Public Policy
2. Transportasi Sampah & Sistem Pengiriman ke Bantar Gebang
Jakarta, sebagai kota megapolitan, menghasilkan sekitar 7.500 hingga 8.000 ton sampah setiap hari. Volume ini terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan konsumsi. Antara News+1
Banyak zona di Jakarta, seperti Jakarta Barat, berkomitmen mengurangi jumlah sampah yang sampai ke Bantar Gebang dengan pengelolaan awal di sumbernya. Namun mayoritas sampah tetap dikirim karena infrastruktur pengelolaan di hulu belum cukup kuat. ANTARA News
Sampah yang sudah terpisah sebagian di TPS3R atau bank sampah sering tetap membutuhkan transportasi truk sampai ke Tempata Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang di Bekasi, Jawa Barat. Sistem transportasi semakin tertekan saat musim hujan, memicu penundaan bongkar muatan dan antrean panjang truk. detiknews
3. Bantar Gebang: Titik Akhir Sampah & Tantangan Sistemik
Bantar Gebang adalah TPA terbesar di Indonesia yang menerima ribuan ton sampah harian dari Jakarta. Sampai akhir 2025, volume sampah di sana diperkirakan mencapai puluhan juta ton dan kapasitas lokasi hanya tersisa sekitar 10 persen dari total luasnya. NU Online
Di tempat ini, sampah yang tidak terdaur ulang menumpuk membentuk “gunung sampah” raksasa yang menjadi simbol krisis pengelolaan limbah perkotaan. Dampaknya bukan hanya luas lahan yang terpakai, tapi juga pencemaran lingkungan, munculnya bau, pencemaran tanah dan air di sekitar kawasan, serta masalah kesehatan bagi masyarakat di sekitar TPA. UMD School of Public Policy
4. Pemilahan, Pengolahan & Teknologi: Lebih Dari Sekedar Buang
Bantar Gebang kini bukan sekadar tempat pembuangan, tetapi menjadi kompleks pengelolaan. Fasilitas seperti Refuse Derived Fuel (RDF) dan landfill mining dibangun untuk mengurangi akumulasi sampah. RDF adalah proses menghasilkan bahan bakar dari sampah yang diolah, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif di industri semen atau pembangkit listrik. https://www.beritajakarta.id/+1
Pembangunan RDF di Bantar Gebang ditargetkan untuk mengurangi sampah lama dan baru yang masuk TPA. Selain itu, teknologi WtE (Waste‑to‑Energy) sedang dipertimbangkan untuk pengentasan masalah tempat pembuangan akhir yang kritis. The Star
Contoh lain adalah pemanfaatan sampah oleh perusahaan semen PT Indocement, yang memakai hasil olahan sampah dari Bantar Gebang sebagai bahan bakar alternatif menggantikan batubara dalam produksi semen. IDN Financials
5. Peran Komunitas & Pemberdayaan Masyarakat di Bantar Gebang
Selain upaya pemerintah, ada komunitas lokal seperti Bantar Gebang Biji‑Biji (BGBJ) yang fokus pada pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat. Mereka mengolah bahan bekas menjadi kerajinan tangan, serta membangun pendidikan dan keterampilan bagi warganya. Repository UIN Jakarta
Para pemulung yang tinggal di sekitar TPA juga memainkan peran penting sebagai pengumpul material layak jual, tetapi mereka sering bekerja dalam kondisi yang berisiko dengan kesehatan yang terancam oleh lingkungan yang tercemar. UMD School of Public Policy
6. Krisis Sampah & Arah Kebijakan Ke Depan
Masalah Bantar Gebang mencerminkan kegagalan sistem sampah linear (hasilkan‑buang) yang masih dominan di banyak kota besar. Pemerintah dan instansi terkait mendorong strategi holistik:
-
Meningkatkan perilaku daur ulang 3R di tingkat rumah tangga,
-
Penguatan infrastruktur TPS3R dan bank sampah,
-
Penerapan teknologi pengolahan modern seperti RDF dan incinerator WtE,
-
Kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi, hingga komunitas lokal. Antara News+1
Tanpa perubahan paradigma pengelolaan sampah yang menyeluruh, Bantar Gebang diperkirakan akan terus menjadi simbol ketidakmampuan pengelolaan sampah kota besar — dari Jakarta sampai ke seluruh Tanah Air.
