Masa Kecil Soeharto di Wuryantoro Terungkap

Wuryantoro / Wonogiri, 21 November 2025 — Kisah masa kecil Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, di desa Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, menjadi bagian penting dalam membentuk karakter dan nilai hidupnya. Meski lahir di Kemusuk, Yogyakarta, periode kehidupannya di Wuryantoro memberikan pengaruh besar terhadap pandangan dan kebijakan yang kelak dibawanya sebagai pemimpin.

Asal dan Latar Keluarga

  • Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Godean, Yogyakarta. Ayahnya bernama Kertosudiro, seorang petugas irigasi desa, sementara ibunya bernama Sukirah. pusdipres.anri.go.id+2populicenter.org+2

  • Tidak lama setelah kelahirannya, orang tuanya bercerai. Menurut catatan sejarah, Soeharto kemudian dipindahkan oleh ayahnya ke rumah bibinya di Wuryantoro pada sekitar tahun 1929. Historia.ID+2The Jakarta Post+2

  • Bibinya menikah dengan seorang mantri tani bernama Prawirowihardjo, dan dari sanalah Soeharto kecil menempuh pendidikan dasar di Wuryantoro. Historia.ID

Kehidupan di Wuryantoro

  • Wuryantoro digambarkan sebagai daerah pertanian yang cukup keras: tanahnya kurang subur dan sulit air. Historia.ID

  • Soeharto mengaku bahwa masa kecil di situ menjadi periode paling bahagia. Bibinya dan suaminya memperlakukan dia sebagai anak mereka sendiri, dan ia menjadi anak angkat tertua dalam keluarga mereka. Historia.ID

  • Ia sekolah di Sekolah Rakyat Wuryantoro (yang dulu disebut “sekolah angka loro” menurut beberapa catatan lokal). Di sana, Soeharto dikenal cerdas, terutama dalam pelajaran berhitung. Historia.ID+1

  • Teman masa kecilnya mengenangnya sebagai anak pendiam, sederhana, tetapi suka bermain kelereng (gundu) dan sepak bola. Historia.ID

  • Menurut kenangan teman sekolah, Soeharto pernah berjalan kaki sejauh 14 km pulang-pergi dari Wuryantoro ke Wonogiri untuk sekolah, kecuali sesekali dia mendapat tumpangan “sado” (pengendara) jika beruntung. Historia.ID

Pembentukan Karakter dan Nilai Hidup

  • Di Wuryantoro, Soeharto mulai menyerap filsafat Jawa dan nilai-nilai kebatinan dari pamannya. Ajaran “aja kagetan, aja gumunan, aja dumeh” (jangan mudah kaget, jangan heran, jangan sombong) adalah salah satu prinsip yang dia pelajari di sana dan kemudian menjadi pegangan hidupnya. Historia.ID

  • Kiai lokal dan orang tua angkatnya turut membentuk kepribadian spiritual dan rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaan dan pertanian. Journal IAIN Langsa

  • Selain itu, ia menaruh minat besar terhadap pertanian. Di masa kecil, Soeharto sering membantu pamannya di sawah dan diajarkan teknik bertani yang kelak akan menjadi bagian dari kebijakannya ketika jadi pemimpin. Historia.ID

Warisan dari Masa Kecilnya

  • Setelah menjadi Presiden, Soeharto tidak melupakan kampung masa kecilnya. Menurut catatan, pada tahun 1969 ia menyumbangkan pompa air ke Wuryantoro untuk membantu meningkatkan irigasi dan pengairan di desa tersebut. soehartois.com+1

  • Jejak rumah masa kecilnya di Wuryantoro kini menjadi saksi sejarah kehidupan masa kecilnya dan dikenang oleh masyarakat lokal sebagai bagian dari warisan sejarah nasional. Ketik