Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka — dikenal luas sebagai Tan Malaka — lahir pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Sumatera Barat. detikcom+2Kabar 24+2
Pendidikan awalnya di sekolah guru pribumi (kweekschool) di Bukittinggi, lalu mendapatkan beasiswa ke Belanda untuk meneruskan sekolah. Di sana, Tan Malaka mulai mengenal ideologi sosialis dan pemikiran kritis terhadap kolonialisme. Kompas+2BPMBKM UMA+2
Pengalaman hidup di luar negeri, pergaulan internasional, serta eksplorasi ideologi membentuk pemikiran revolusioner dan pola kritiknya terhadap penjajahan, ketidakadilan dan struktur sosial kolonial. Relasi Nasional+2Kompasiana+2
✊ Peran & Sumbangan Tan Malaka untuk Bangsa
‑ Pelopor Ide Republik & Kemerdekaan
-
Pada 1925, Tan Malaka menerbitkan risalah penting berjudul Menuju Republik Indonesia (Naar de Republiek Indonesia) yang mengemukakan gagasan tentang negara Indonesia merdeka, berbentuk republik, jauh sebelum banyak tokoh kemerdekaan lain memformulasikannya. Historia.ID+2Kompasiana+2
-
Pemikiran ini jadi inspirasi bagi banyak pergerakan nasional. Bahkan ada sejarawan yang menyebut Tan Malaka sebagai “the true founding father of Indonesia”. TIMES Indonesia+2Historia.ID+2
‑ Pemikir & Filsuf Revolusioner dengan Pemikiran Madilog
-
Tan Malaka bukan hanya aktivis; ia juga pemikir. Karya besarnya Madilog (Materialisme‑Dialektika‑Logika) menawarkan cara berpikir rasional, ilmiah, dan kritis — bertolak dari feodalisme, takhayul, dan struktur kolonial. Kabar 24+2Kompasiana+2
-
Dalam pandangannya, kemerdekaan bukan hanya soal lepas dari penjajahan fisik, tapi juga kemerdekaan berpikir, ekonomi, dan sosial. Jurnal UNISA Kuningan+2Eprints Walisongo+2
‑ Aktor Revolusi & Gerakan Kemerdekaan
-
Tan Malaka aktif dalam berbagai organisasi pergerakan — baik di dalam negeri maupun diaspora — menyebarkan ide kemerdekaan dan membangun solidaritas anti‑kolonial. Kabar 24+2Media Publica+2
-
Setelah Indonesia mulai merdeka, ia terus berupaya memperjuangkan konsep republik sejati dengan kemerdekaan penuh — sosial, ekonomi dan politik. Jurnal UNISA Kuningan+2Kompasiana+2
🎖 Pengakuan Resmi & Status Historis
-
Pada 28 Maret 1963, di bawah pemerintahan Soekarno, Tan Malaka secara resmi diberi gelar Pahlawan Nasional Indonesia. detikcom+2Kabar 24+2
-
Sejak itu, Julukan “Bapak Republik Indonesia” bagi Tan Malaka makin populer di kalangan sejarawan dan aktivis. Kabar 24+2Historia.ID+2
Namun — dan ini bagian kontroversial dari sejarah — pengaruh Tan Malaka sempat diredupkan, terutama di era setelahnya. Pemikirannya, yang dianggap radikal atau kiri saat itu, membuat sejumlah rezim “mengabaikan” jasanya. Majalah Outsiders+2Majalah Outsiders+2
🔎 Kenapa Banyak yang Kini Mendesak Resmikan Statusnya Sebagai “Bapak Bangsa”
Baru‑baru ini, muncul gelombang upaya untuk “mengakui ulang” Tan Malaka sebagai founding father dan Bapak Bangsa. Alasan‑alasannya:
-
Pemikiran Tan Malaka — tentang kemerdekaan sejati, republik, kedaulatan rakyat — dianggap masih relevan di zaman sekarang. Historia.ID+2Kompasiana+2
-
Karya‑karyanya seperti Madilog membentuk tradisi intelektual kritis, merangsang pemikiran demokratis, rasional, dan progresif — penting untuk melawan dogma, feodalisme, dan ketergantungan. Kompasiana+2Jurnal UNISA Kuningan+2
-
Pahwalan dan pengorbanannya dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan republik patut dihormati secara penuh—termasuk melalui pengakuan formal sebagai salah satu “bapak bangsa”. Historia.ID+2BPMBKM UMA+2
Sejarawan seperti Asvi Warman Adam bahkan menyebut bahwa gelar “Bapak Republik” bagi Tan Malaka seharusnya diformalkan oleh negara agar generasi muda tidak melupakan perannya. Historia.ID
⚠️ Kontroversi & Mengapa Namanya Sempat Terpinggirkan
-
Ideologi kiri, aktivitas kerasnya terhadap penjajahan dan kolonialisme membuatnya sempat dianggap sebagai “radikal”, terutama di masa setelah revolusi. Hal ini membuat banyak catatan sejarah sekolah dan buku‑buku populer tidak memasukkan namanya secara penuh. Majalah Outsiders+2Majalah Outsiders+2
-
Konflik politik internal di era revolusi dan pasca merdeka membuat Tan Malaka jadi korban — bahkan dieksekusi oleh pasukan Republik sendiri pada 21 Februari 1949 di Kediri. Majalah Outsiders+2Relasi Nasional+2
-
Karena itu, nama dan kontribusinya sempat “dilupakan”, padahal beberapa pemikir dan sejarawan menilai penghapusan ini sebagai distorsi sejarah. Majalah Outsiders+2Relasi Nasional+2
📌 Kesimpulan: Mengapa Mengakui Tan Malaka sebagai “Bapak Bangsa” Masih Penting
Mengakui Tan Malaka sebagai Bapak Bangsa / Bapak Republik Indonesia bukan sekedar soal memberi gelar — tapi soal keadilan historis. Berikut alasannya:
-
Ia adalah salah satu konseptor awal gagasan republik & kemerdekaan.
-
Pemikiran dan karya‑karyanya membentuk fondasi intelektual penting bagi bangsa—kritis, rasional, merdeka.
-
Mengakui jasanya berarti menghargai para pendahulu yang nyaris terhapus dari ingatan generasi sekarang.
-
Itu juga berarti membangun kesadaran sejarah yang utuh — bahwa kemerdekaan bukan hasil dari satu atau dua nama besar saja, tapi juga kerja keras pemikir dan pejuang yang kadang terpinggirkan.
