Setiap akhir Oktober, dekorasi labu kuning yang diukir menyerupai wajah menyeramkan atau senyum lebar—dikenal sebagai Jack O’ Lantern—membanjiri kafe, pusat perbelanjaan dan rumah-rumah di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Namun, di balik ikon yang kini tampak meriah tersebut, terdapat kisah folklore kuno dari Irlandia dan perubahan bentuk tradisi ketika dibawa oleh para imigran ke Amerika Serikat.
Asal-Usul dan Cerita Legenda
Konon di Irlandia, figur bernama Stingy Jack — dikenal juga sebagai Jack si Pelit — membuat perjanjian dengan iblis: Jack berhasil menipu iblis agar memberinya segelas minuman sebelum dibawa ke neraka. Setelah tidak bisa masuk ke surga maupun neraka saat ia meninggal, Jack dikutuk bertengkar sendirian sambil membawa lentera yang terbuat dari umbi-umbian yang diukir dan menyala oleh arang neraka. 
Tradisi ini kemudian berkembang: masyarakat mengukir lobak atau kentang untuk membuat lentera malam Halloween, melambangkan Jack yang menuntun jiwa-jiwa tersesat dengan cahaya tersebut. 
Ketika imigran Irlandia pindah ke Amerika pada abad ke-19, mereka menemukan bahwa labu kuning yang besar dan mudah diukir lebih praktis digunakan sebagai pengganti lobak atau kentang untuk tradisi tersebut. Sejak saat itu, labu berwarna oranye kuning pun menjadi simbol Halloween yang mendunia. Historia.ID
Perkembangan Tradisi dan Modernisasi
Seiring waktu, tradisi Jack O’ Lantern yang awalnya berkeliling rumah-ke-rumah untuk menakut-nakuti roh jahat atau sebagai pengusir jiwa tersesat, berubah menjadi budaya anak-anak dan masyarakat umum: mengukir labu, menyajikan permen, dan menggunakan kostum. Perang Dunia II menjadi titik balik ketika Halloween mulai populer sebagai festival besar yang melibatkan seluruh keluarga. Historia.ID
Di Indonesia, lambat laun dekorasi labu kuning ikut meramaikan mall, kafe dan acara komunitas menjelang Halloween. Meski tidak memiliki akar tradisi Celtic, elemen estetika dan komersial Halloween menjadi bagian dari budaya populer urban.
Makna Simbolis & Aktual
- 
Lentera Jack O’ Lantern dahulu melambangkan panduan atau peringatan terhadap jiwa-jiwa atau roh jahat yang berkeliaran—sebagai simbol cahaya dalam kegelapan. 
- 
Transformasi dari lobak ke labu kuning menunjukkan dinamika budaya: bagaimana tradisi lokal diadaptasi ke media baru dan pasar global. 
- 
Bagi generasi milenial dan Z yang tinggal di kota besar, labu kuning di tengah dekorasi Halloween bukan hanya dekorasi, tetapi juga bentuk ekspresi sosial dan tren lifestyle. 
Kesimpulan
Silver layar labu kuning yang menghiasi malam Halloween bukannya sekadar elemen dekoratif. Ia adalah warisan legenda rakyat Irlandia, perjalanan budaya imigran ke Amerika dan akhirnya menjadi bagian dari ekspresi publik modern—di mana pun di dunia.
Ketika Anda melihat labu kuning tersenyum di etalase mall atau kafe malam ini, di baliknya tersimpan sejarah dan evolusi budaya yang panjang dan menarik.

